Cuitan Resbob Dinilai Hina Suku Sunda, Masyarakat Kuningan Kecam Keras Ujaran SARA
Kuningan, pemudakuningan.id – Media sosial kembali dihebohkan oleh cuitan viral dari seorang pengguna bernama Resbob yang dinilai mengandung ujaran menghina dan merendahkan suku Sunda. Pernyataan tersebut menuai kecaman luas karena dianggap mencederai nilai-nilai kebangsaan serta semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Johan (Kenzo) dari Masyarakat Peduli Kuningan menegaskan bahwa ujaran bernada penghinaan terhadap suku Sunda sangat meresahkan dan berpotensi memantik kembali primordialisme sempit di tengah masyarakat.
“Kami mengecam keras segala bentuk ujaran dan respons yang menghina suku Sunda maupun suku-suku lainnya. Pernyataan semacam ini tidak hanya melukai martabat masyarakat Sunda, tetapi juga mencederai nilai kebangsaan yang menjunjung tinggi keberagaman,” tegas Johan dalam keterangannya, Sabtu (13/12/25).
Seiring dengan adanya gelombang pelaporan di berbagai daerah, pihaknya menyatakan menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada aparat kepolisian. Langkah ini diharapkan dapat memberikan efek jera agar tidak kembali muncul kasus serupa di kemudian hari.
“Kami percaya penegakan hukum harus dilakukan secara adil dan tegas agar tidak ada lagi ‘Resbob-Resbob’ lain yang dengan mudah melontarkan ujaran kebencian di ruang publik,” tambahnya.
Lebih lanjut, Johan mengingatkan bahwa masyarakat Sunda dikenal menjunjung tinggi nilai silih asah, silih asih, silih asuh, di mana perbedaan dipandang sebagai kekuatan, bukan alasan untuk saling merendahkan. Dalam falsafah Sunda juga dikenal ungkapan, “ulah ngahina batur, sabab ngahina batur sarua jeung ngahina diri sorangan.”
Menurutnya, ujaran bernuansa SARA merupakan bahaya nyata bagi kehidupan sosial karena dapat memecah persaudaraan, menumbuhkan kebencian, serta memicu konflik yang merusak persatuan bangsa. Kebebasan berpendapat, kata dia, tidak boleh dijadikan dalih untuk menyebarkan penghinaan dan kebencian.
Oleh karena itu, Masyarakat Peduli Kuningan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menahan diri, menjaga etika berbahasa, serta mengedepankan akal sehat dan nurani dalam menyampaikan pendapat, khususnya di media sosial.
“Tanah Sunda sejak dahulu dikenal sebagai tanah yang someah hade ka semah, terbuka dan menghormati siapa pun. Mari kita jaga tangan dan lisan kita agar ruang publik tetap sehat, bermartabat, dan beradab,” pungkas Johan.
.AY

Posting Komentar