Kesadaran Kolektif Etika,uha juhana: Membangun Peradaban yang Berkeadilan
KUNINGAN, pemudakuningan.id — Dalam momentum peringatan Hari Pahlawan 10 November, Uha Juhana, Ketua LSM Frontal Kabupaten Kuningan, menyampaikan refleksi mendalam tentang pentingnya kesadaran kolektif etika sebagai fondasi membangun peradaban bangsa.
Menurutnya, pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bukan sekadar dokumen hukum, melainkan norma fundamental negara yang menjadi sumber nilai kehidupan berbangsa dan bernegara. Empat alinea dalam pembukaan UUD 1945, kata Uha, menggambarkan arah dan cita-cita besar bangsa Indonesia — dari semangat kemerdekaan hingga tujuan luhur untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
“Menatap dunia bukan dari menara gading, tapi dari jantung nurani peradaban itu sendiri,” ujar Uha dalam tulisannya berjudul Kesadaran Kolektif Etika: Membangun Peradaban.
Ia menegaskan bahwa krisis terbesar manusia saat ini bukanlah ekonomi, melainkan krisis etika. Kemakmuran sejati, lanjutnya, tidak lahir dari keserakahan, tetapi dari kesadaran bersama untuk membangun tatanan yang adil dan beradab.
“Harga peradaban memang mahal, tapi jauh lebih mahal jika kita memilih untuk tidak membayarnya sama sekali,” tegasnya.
Dalam pandangan Uha, seorang pemimpin ideologis adalah mereka yang tetap setia pada cita-cita dan harapan rakyatnya. Pemimpin sejati, katanya, mampu bersikap dan bertindak dengan menimbang nilai kemanusiaan serta keadilan, bukan sekadar mengejar capaian angka makro.
Ia menyoroti bahwa rakyat harus dilibatkan dalam sentra kuasa ekonomi, bukan hanya dijadikan objek statistik. “Itulah ongkos peradaban yang harus kita bayar. Ongkos itu bukan sekadar pajak atau utang publik, tapi harga dari kejujuran, empati, dan kesediaan untuk menahan diri demi kebaikan bersama,” tulisnya.
Menutup refleksinya, Uha mengajak masyarakat Kuningan untuk berani meninggalkan pola pikir pragmatis dan memilih jalan baru yang berkeadaban.
“Dalam konteks Kabupaten Kuningan, mungkin inilah saatnya kita membayar harga peradaban: meninggalkan cara lama yang pragmatis demi jalan baru yang berkeadaban.”
Tulisan penuh makna tersebut menjadi pengingat di Hari Pahlawan, bahwa perjuangan membangun bangsa tak lagi hanya di medan perang, tetapi di medan moralitas — menjaga nurani dan menegakkan nilai kemanusiaan di tengah arus perubahan zaman.

Posting Komentar